Memahami Cara Kerja Google Ads yang Tepat Agar Tidak Boncos

Cara kerja Google Ads

Apakah Anda mengira bahwa biaya beriklan di Google Ads mahal dan seringnya berujung boncos? Jika jawabannya iya, maka Anda perlu memahami cara kerja Google Ads secara tepat. Mengapa? Baca artikel ini hingga tuntas untuk mendapatkan jawabannya.

Memahami cara kerja Google Ads dengan tepat bisa membantu bisnis Anda menghindari kerugian iklan dan justru mengubah biaya promosi menjadi investasi yang menghasilkan. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana cara kerja Google Ads, serta langkah-langkah praktis agar iklan Anda tidak boncos.

Cara Kerja Google Ads

Cara kerja Google Ads adalah dengan menggunakan sistem lelang real-time (ad auction). Iklan yang ditampilkan ke audiens telah melewati beberapa penilaian seperti relevansi, nilai penawaran, dan skor kualitas iklan serta landing page. Iklan yang dianggap paling relevan, berkualitas dan memiliki nilai tawar yang tepat (tidak terlalu rendah) berpotensi mendapatkan peringkat teratas di setiap halaman pencarian (search ads) atau tampil di posisi paling strategis (display, video, aplikasi).

Berikut penjelasan lengkap terkait cara kerja Google Ads dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil iklan:

1. Google Ads Auction: Cara Iklan Dipilih untuk Ditampilkan

Setiap kali seseorang mengetikkan kata kunci di Google, sebenarnya ada lelang instan yang terjadi dalam hitungan milidetik. Para pengiklan yang menargetkan keyword tersebut otomatis ikut serta dalam lelang. Google kemudian menentukan iklan mana yang akan tampil berdasarkan tiga faktor utama:

  • Bid (penawaran iklan): berapa banyak pengiklan bersedia membayar untuk satu klik.
  • Quality Score: seberapa relevan iklan dengan keyword dan pengalaman pengguna di landing page.
  • Ad Rank: skor gabungan yang dihitung Google untuk menentukan posisi iklan (tidak hanya bergantung pada siapa yang menawar paling tinggi).

Artinya, menawar mahal tidak otomatis menang. Google lebih mengutamakan relevansi dan pengalaman pengguna.

2. Keyword dan Search Intent

Dasar dari Google Ads adalah keyword. Kata kunci berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan kebutuhan konsumen dengan iklan bisnis Anda. Setiap kali seseorang mengetik sesuatu di Google, sebenarnya mereka sedang memberikan sinyal niat atau search intent. apa yang mereka butuhkan, pikirkan, atau ingin lakukan pada saat itu.

Banyak pemula dalam Google Ads hanya fokus pada keyword populer dengan volume pencarian tinggi. Padahal, strategi ini sering kali berakhir boncos, karena tidak semua keyword populer punya niat yang relevan dengan tujuan iklan Anda.

Misalnya:

“Apa itu kopi susu kekinian”, queries ini menunjukan audiens memiliki intent untuk sekedar mendapat informasi. Orang yang mencari ini mungkin hanya ingin tahu definisi, sejarah, atau tren. Mereka belum siap membeli. Jika Anda memasang iklan jualan langsung di keyword ini, kemungkinan besar mereka tidak akan klik atau bahkan kalau klik, tidak akan konversi.

“Beli kopi susu kekinian terdekat” berbeda dari sebelumnya, queries ini memiliki intent transaksional karena menunjukkan ada keinginan untuk membeli produk kopi susu di sekitar audiens tersebut berada. Jika iklan Anda muncul di sini, peluang konversinya jauh lebih tinggi karena kebutuhan mereka langsung nyambung dengan penawaran Anda.

Dengan kata lain, memahami perbedaan intent informasi, komersial, navigational dan transaksional akan membuat iklan lebih tepat sasaran:

  • Informational Intent: oran-orang yang bertujuan mencari informasi umum (contoh: “cara membuat kopi susu kekinian”). Cocok untuk iklan soft selling atau artikel edukasi
  • Commercial Intent: orang sedang mempertimbangkan produk, membandingkan merek, atau mencari review (contoh: “kopi susu kekinian terbaik di Jakarta”). Cocok untuk iklan promosi, diskon, atau brand awareness.
  • Transactional Intent: orang siap melakukan aksi (contoh: “pesan kopi susu kekinian delivery”). Ini keyword paling potensial untuk iklan jualan secara langsung
  • Navigational Intent: orang-orang yang ingin mengakses informasi brand atau situs tertentu dengan cara langsung menuliskan nama situs atau brand tersebut di kolom pencarian (contoh: “netflix”, “chatGPT”). Cocok untuk brand besar top of mind atau nama brandnya dikenal luas oleh masyarakat

Jika Anda salah membaca search intent, biaya iklan akan habis tanpa hasil. Tapi jika intent-nya tepat, iklan bisa menghasilkan konversi dengan biaya yang efisien.

3. Quality Score dan Relevansi

Salah satu hal penting yang sering dilupakan pengiklan adalah Quality Score. Padahal, ini faktor yang menentukan apakah iklan Anda bisa tampil optimal dengan biaya yang efisien atau justru boros tanpa hasil. Google menilai Quality Score dari tiga komponen utama:

Relevansi Iklan terhadap Keyword

Google ingin memastikan iklan yang muncul sesuai dengan apa yang dicari pengguna. Jika seseorang mengetik “beli sepatu futsal murah”, lalu iklan Anda menampilkan “diskon sepatu futsal terbaru”, ini relevan. Tapi kalau iklan yang muncul adalah “jual bola futsal”, meskipun masih berkaitan dengan futsal, itu dianggap kurang relevan.

Kualitas Landing Page (Halaman Tujuan)

Klik iklan hanyalah awal, yang menentukan keberhasilan ada di landing page. Google menilai apakah halaman tujuan benar-benar memberikan pengalaman yang baik bagi pengguna.

CTR (Click Through Rate)

CTR adalah rasio orang yang melihat iklan lalu mengkliknya. Misalnya iklan Anda tayang 100 kali, dan 5 orang mengklik → CTR = 5%. Google menganggap CTR sebagai sinyal seberapa menarik iklan Anda bagi audiens. Semakin tinggi CTR, semakin besar peluang Google menilai iklan Anda relevan.

4. Sistem Bidding

Bidding sendiri merupakan jumlah uang maksimal yang bersedia Anda bayar per hasil iklan tertentu. Di Google Ads bidding dipiliah berdasarkan relevansi dengan objective atau tujuan kampanye iklan. Anda tidak bisa asal-asalan memilih bidding karena dapat berdampak signifikan pada sukses atau gagalnya iklan Anda. Berikut beberapa bidding dalam Google Ads:

  • Manual CPC (Cost per Click): Anda bisa menetapkan sendiri berapa harga maksimal per klik yang ingin Anda bayarkan
  • Enhanced CPC: secara otomatis Google membantu Anda menyesuaikan bid berdasarkan kemungkinan konversi
  • Target CPA (Cost per Acquisition): target biaya yang Anda buat untuk setiap konversi yang didapatkan seperti prospek atau pelanggan
  • Target ROAS (Return On Ad Spend): strategi penawaran untuk melipat gandakan nilai konversi dibanding biaya iklan, misal Anda menargetkan biaya iklan Rp 50.000 untuk menghasilkan Rp 200.000
  • Maximize Clicks: strategi penawaran untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya klik iklan berdasarkan anggaran harian
  • Maximize Conversion: digunakan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya konversi penjualan atau prospek
  • Maximize Conversion Value: strategi bidding untuk mendapatkan penjualan dengan nilai konversi tertinggi
  • Target Impression Share: strategi penawaran yang digunakan untuk membuat iklan Anda konsisten berada di posisi teratas di halaman Google

Pemilihan bidding strategy yang tepat menentukan seberapa efisien iklan berjalan. Penjelasan singkatnya seperti berikut ini:

  • CPC (Cost Per Click): bidding ini cocok untuk iklan dengan tujuan meningkatkan jumlah traffic ke landing page atau website
  • Target ROAS (Return On Ad Spend): bidding yang cocok untuk membantu mengejar ROI hingga pengoptimalan profit. Contoh Anda menetapkan ROAS 400% maka Google akan mengupayakan untuk mendapatkan konversi senilai Rp 4.000.000 untuk setiap biaya iklan Rp 400.000
  • CPA (Cost Per Acquisition): strategi ini cocok untuk Anda yang ingin menghasilkan prospek atau penjualan dengan biaya lebih efisien. Misalnya Anda hanya memiliki budget iklan Rp 3.000.000/bulan atau Rp 100.000/hari, lalu Anda menentukan CPA prospek senilai Rp 20.000, maka Anda berpotensi mendapatkan kurang lebih 5 prospek/hari

5. Audience Signal: Menemukan Audiens yang Tepat

Selain bidding, Google Ads juga punya fitur pintar bernama Audience Signal. Ini memungkinkan pengiklan menargetkan orang yang paling relevan dengan produk/layanan Anda. Google menggunakan data perilaku, minat, dan riwayat pencarian pengguna untuk menentukan siapa yang kemungkinan besar akan tertarik dengan iklan.

Contoh:

Anda berjualan perlengkapan bayi. Dengan Audience Signal, Google bisa menargetkan orang yang baru saja mencari stroller, susu formula, atau artikel parenting. Hasilnya, iklan lebih personal, relevan, dan peluang konversi meningkat tanpa membuang banyak biaya pada audiens yang tidak sesuai.

Mengapa Banyak UMKM Boncos di Google Ads?

Banyak UMKM tertarik mencoba Google Ads karena dianggap cara cepat mendatangkan pelanggan. Namun kenyataannya, tidak sedikit yang justru merugi. Lalu apa penyebab utamanya?

1. Tidak Paham Cara Kerja Google Ads

Google Ads bukan sekadar pasang iklan lalu menunggu hasil. Ada sistem lelang iklan, pemilihan keyword, hingga pengaruh Quality Score. Jika hal-hal teknis ini tidak dipahami, iklan mudah salah sasaran. Akibatnya, biaya iklan membengkak tanpa hasil sepadan.

2. Salah Target Keyword

Banyak UMKM asal memilih kata kunci populer tanpa mempertimbangkan search intent. Misalnya, menjual sepatu futsal tapi pakai keyword “jenis sepatu olahraga”. Kata kunci ini memang banyak dicari, tapi kebanyakan orang hanya ingin informasi, bukan membeli. Akhirnya, klik yang masuk tidak menghasilkan penjualan.

3. Tidak Menggunakan Negative Keywords

Fitur ini sering diabaikan padahal bisa jadi penyelamat. Tanpa negative keywords, iklan bisa tampil di pencarian yang tidak relevan. Contoh, iklan “sepatu futsal” muncul saat orang mencari “gambar sepatu futsal gratis”. Hasilnya, banyak klik yang tidak ada niat beli, tapi tetap menguras budget.

4. Landing Page Tidak Meyakinkan

Iklan yang bagus percuma kalau halaman tujuan (landing page) mengecewakan. Beberapa kesalahan umum: loading lambat, desain berantakan, informasi produk tidak jelas, atau tombol call to action yang tidak menonjol. Hal ini membuat calon pelanggan langsung keluar tanpa melakukan pembelian.

5. Tidak Memantau & Mengevaluasi Iklan

Kesalahan lain adalah “pasang lalu tinggal”. Google Ads punya dashboard lengkap untuk memantau performa: CTR, CPC, konversi, hingga demografi audiens. Tanpa evaluasi rutin, UMKM tidak tahu iklan mana yang efektif dan mana yang boros. Akibatnya, anggaran terus terkuras tanpa perbaikan.

Singkatnya, banyak UMKM boncos di Google Ads bukan karena platform ini tidak efektif, tetapi karena kurang memahami cara kerja, strategi, dan optimasi yang tepat. 

Dengan riset keyword yang benar, pengaturan budget sesuai tujuan, serta evaluasi rutin, Google Ads justru bisa jadi mesin penghasil pelanggan yang konsisten. Oleh sebab itu, sangat penting bagi pemilik bisnis dan tim marketing untuk dapat mengoperasikan Google Ads dengan baik. 

Bila Anda masih bingung dengan cara dan tips menggunakan Google Ads, yuk simak lebih lanjut! Atau hubungi tim Digital Sukaria untuk handle campaign iklan digital Anda. 

Tips Menggunakan Google Ads agar Tidak Boncos

Seperti yang sudah dibahas, salah satu tantangan terbesar dalam beriklan di Google Ads adalah kekurang pengetahuan strategi penggunaan Google Ads, dan main salahkan naikkan budget atau budget cepat habis tanpa hasil.

Padahal kalau dikelola dengan benar, Google Ads justru bisa jadi mesin lead dan penjualan yang efisien. Berikut 5 tips agar iklan Anda tidak boncos:

1. Lakukan Riset Keyword Sebelum Mulai

Keyword adalah fondasi Google Ads. Salah memilih keyword bisa bikin iklan Anda dibanjiri klik yang tidak relevan.

Misalnya, Anda jual sepatu kulit premium, tapi pakai keyword “sepatu murah”. Akibatnya, iklan diklik oleh audiens yang tidak sesuai target → budget habis, sales nol.

Tips praktis:

  • Gunakan Google Keyword Planner untuk menemukan keyword dengan volume pencarian bagus dan tingkat persaingan yang sesuai.
  • Pilih keyword yang spesifik (long-tail), misalnya “sepatu kulit pria handmade Jakarta” daripada hanya “sepatu kulit”.
  • Cocokkan tipe keyword match (Broad Match, Phrase Match, Exact Match) sesuai tujuan campaign.

2. Atur Budget & Bidding Sesuai Tujuan

Tidak semua campaign harus menggunakan budget besar karena yang penting adalah strategi alokasi budget sesuai tujuan bisnis Anda. Di Google Ads sendiri budget iklan bisa dimulai dari Rp 10.000, namun umumnya para advertiser atau pelaku bisnis UMKM menggunakan budget harian minimal untuk uji coba Rp 30.000 – Rp 100.000.

Selain budget Anda juga perlu memilih bidding sesuai tujuan. Contohnya sebagai berikut:

  • Tujuan Awareness: gunakan bidding CPM (Cost per Miles) atau Maximize Impressions untuk menjangkau banyak orang.
  • Tujuan Prospek atau Penjualan: gunakan Target CPA (Cost per Acquisition) atau Maximize Conversion agar fokus pada konversi, bukan hanya tayangan.
  • Tujuan Penjualan: gunakan juga target ROAS atau Maximize Conversion Value untuk omzet maupun profit lebih besar

Tips praktis:

  • Mulai dengan budget kecil (misalnya Rp50.000–Rp100.000/hari) → analisis performa → scale up campaign yang profitable.
  • Jangan sebar budget ke banyak campaign sekaligus. Fokus ke campaign inti, lalu kembangkan.

3. Gunakan Negative Keywords untuk Filter Klik Tidak Relevan

Negative keywords adalah “penyelamat budget.” Dengan fitur ini, Anda bisa menghindari klik dari pencarian yang tidak sesuai.

  • Contoh: Anda jual kursus bahasa Inggris premium, tapi tidak ingin iklan muncul saat orang mencari “kursus bahasa Inggris gratis”. Kata gratis bisa Anda masukkan ke daftar negative keyword.

Tips praktis:

  • Rutin cek “Search Terms Report” di Google Ads untuk melihat kata apa saja yang memicu iklan Anda.
  • Tambahkan kata-kata yang tidak relevan ke negative keywords list.
  • Buat daftar negative keywords permanen (misalnya: gratis, murah, download, lowongan kerja).

4. Buat Iklan Relevan + Landing Page yang Meyakinkan

Klik tanpa konversi = rugi. Karena itu, pastikan iklan relevan dan halaman tujuan (landing page) bisa meyakinkan calon pelanggan.

  • Iklan Relevan: sertakan keyword utama di judul dan deskripsi, gunakan CTA (Call to Action) jelas, misalnya “Pesan Sekarang dengan Gratis Ongkir”.
  • Landing Page Meyakinkan:
    • Konten sesuai dengan iklan (jangan iklan sepatu → diarahkan ke beranda).
    • Desain simpel, fokus pada produk/jasa yang diiklankan.
    • Ada testimoni, garansi, atau penawaran khusus untuk meningkatkan kepercayaan.

Tips praktis:

Buat 1 landing page khusus untuk 1 campaign agar relevansinya tinggi → ini juga membantu meningkatkan Quality Score, sehingga biaya CPC bisa lebih murah.

5. Pantau Performa dengan Google Ads Dashboard

Google Ads bukan sistem “set and forget.” Agar tidak boncos, Anda harus rutin memantau performanya.

  • Lihat metrik penting seperti CTR (Click Through Rate), CPC (Cost per Click), Conversion Rate, dan Quality Score.
  • Jika CTR rendah → perbaiki asset iklan.
  • Jika CPC terlalu mahal → optimalkan bidding atau tingkatkan Quality Score.
  • Jika banyak klik tapi tidak ada penjualan → cek ulang landing page atau targeting.

Tips praktis:

  • Gunakan A/B Testing: coba 2–3 variasi iklan, lihat mana yang paling efektif.
  • Analisis performa minimal seminggu sekali, jangan tunggu budget habis dulu baru evaluasi.

Kesimpulan

Memahami cara kerja Google Ads secara tepat adalah kunci agar iklan bisnis tidak boncos. Banyak UMKM terjebak karena asal pasang iklan tanpa riset keyword, tidak memahami search intent, hingga mengabaikan kualitas iklan dan landing page. Padahal, dengan strategi yang benar, Google Ads bisa menjadi mesin pemasaran yang sangat efektif untuk menarik pelanggan baru dan mengembangkan bisnis.

Agar iklan benar-benar bekerja sesuai harapan, Anda bisa mulai dari riset keyword yang relevan, mengatur budget sesuai tujuan, membuat iklan yang relevan, hingga rutin memantau performa. Dengan pendekatan ini, biaya iklan bisa lebih efisien sekaligus mendatangkan hasil nyata.

Namun, bagi banyak pelaku UMKM, menyusun strategi sekaligus mengelola kampanye iklan seringkali terasa rumit dan menyita waktu. Di sinilah bekerja sama dengan partner digital marketing yang berpengalaman, seperti Digital Sukaria, bisa menjadi pilihan bijak. Dengan bantuan tim yang paham strategi Google Ads, Anda dapat lebih fokus menjalankan bisnis, sementara kampanye iklan dikelola agar hasilnya maksimal dan tidak boncos.

Sumber:

https://support.google.com/google-ads/answer/6366577

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top