
Apakah Anda masih kebingungan untuk menentukan antara digital marketing vs konvensional marketing sebagai strategi dan channel pemasaran bisnis Anda?
Metode konvensional memang sudah terbukti puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, namun strategi digital yang lebih modern, fleksibel, dan terukur.
Karena anggaran yang jadi taruhan dan pertumbuhan bisnis sebagai hadiah utamanya. Anda tentu perlu menentukan channel pemasaran paling optimal. Apalagi jika biaya pemasaran Anda tidak sebesar brand atau bisnis raksasa.
Agar tidak salah dalam memilih strategi, artikel ini akan membahas perbedaan konvensional marketing dan digital marketing, dan bagaimana kedua strategi ini dapat membantu bisnis Anda.
Apa Itu Konvensional Marketing?
Konvensional marketing adalah metode pemasaran yang dilakukan dengan cara offline atau tradisional. Cara ini sudah digunakan sejak puluhan tahun lalu, jauh sebelum hadirnya internet dan media digital lainnya. Strategi ini sudah terkenal digunakan oleh berbagai kalangan bisnis untuk menjangkau konsumen secara luas.
Channel untuk konvensional marketing:
- Media cetak: iklan di koran, majalah, brosur, pamflet, atau katalog.
- Media siaran: iklan televisi dan radio.
- Promosi langsung: pameran, event, demo produk, atau face to face.
- Direct mail & telemarketing: mengirim surat, kartu pos, katalog, hingga melakukan panggilan telepon atau SMS promosi.
- Outdoor advertising: baliho, billboard, spanduk, poster, hingga iklan di transportasi umum.
- In-store marketing: display produk di toko, signage, atau promosi di dalam pusat perbelanjaan.
Konvensional marketing biasanya lebih sering digunakan untuk mempromosikan produk fisik yang bisa dilihat atau disentuh, bukan jasa. Dalam strategi ini, kontrol terhadap target pasar umumnya terbatas pada lokasi geografis dan jenis audiens saja.
Contoh penerapannya seperti saat bisnis Anda memasang iklan billboard di jalan raya, kontrol yang bisa dilakukan hanyalah memilih lokasi penempatan. Begitu juga dengan iklan televisi, Anda bisa menentukan audiens berdasarkan jam tayang. Dengan menayangkan iklan di jam utama ketika orang tua menonton acara malam, atau di pagi hari Minggu ketika banyak anak-anak menonton kartun. Pemilihan jam tayang ini dapat membantu bisnis Anda mengarahkan iklan ke kelompok audiens tertentu.
Apa Itu Digital Marketing?
Digital marketing adalah strategi pemasaran yang memanfaatkan internet dan media digital untuk menjangkau audiens secara lebih luas dan terukur. Cara ini sangat populer karena sebagian besar orang kini aktif menggunakan smartphone, media sosial, dan mesin pencari setiap hari.
Beberapa contoh digital marketing yang umum digunakan antara lain:
- Iklan berbayar: Google Ads, Meta Ads, TikTok Ads
- Media sosial: Instagram, Facebook, LinkedIn, TikTok
- SEO & konten: artikel blog, website, dan video
- Email marketing: newsletter atau promosi langsung ke pelanggan
- Affiliate & influencer marketing (KOL): kerja sama promosi dengan pihak ketiga
Kelebihan digital marketing adalah biayanya fleksibel, jangkauannya sangat luas, dan performanya bisa diukur secara real-time lewat data dan analitik. Namun, strategi ini butuh konsistensi serta pemahaman yang tepat agar hasilnya benar-benar maksimal.
Perbedaan Digital Marketing vs Konvensional Marketing
Setelah memahami definisi keduanya, penting bagi bisnis untuk melihat perbedaan konvensional dan digital marketing secara jelas. Kedua strategi ini memang bertujuan untuk menarik pelanggan dan meningkatkan penjualan.
Namun, jika dilihat dari cara, biaya, hingga hasil yang diberikan sangatlah berbeda. Jadi, agar lebih mudah dipahami, berikut adalah tabel perbandingan antara konvensional marketing dan digital marketing.
| Aspek | Konvensional Marketing | Digital Marketing |
| Biaya | Cenderung lebih mahal karena membutuhkan ruang besar, cetakan banyak atau durasi panjang | Lebih fleksibel. Anda bisa mulai dari budget kecil dan disesuaikan sesuai kebutuhan. |
| Jangkauan | Terbatas pada area geografis tertentu, biasanya lokal atau regional. | Global, bisa menjangkau audiens di mana saja melalui internet. |
| Interaksi | Umumnya satu arah (tatap muka langsung atau iklan tanpa feedback instan). | Dua arah, cepat, dan praktis lewat komentar, chat, atau media sosial. |
| Pengukuran Hasil | Sulit diukur secara detail, biasanya hanya berdasarkan perkiraan atau survei. | Mudah diukur real-time menggunakan tools analitik seperti Google Analytics. |
| Targeting | Lebih umum, hanya bisa berdasarkan lokasi atau jam tayang. | Sangat spesifik, bisa berdasarkan demografi, minat, hingga perilaku audiens. |
| Fleksibilitas | Sulit diubah setelah materi diproduksi (contoh: iklan cetak, billboard, atau TV). | Sangat fleksibel, kampanye bisa diubah atau dioptimalkan kapan saja. |
Mana yang terbaik untuk Bisnis UMKM?
Bagi para pemilik UMKM, digital marketing seringkali menjadi pilihan yang lebih ramah budget. Sebab strategi ini memiliki budget marketing yang fleksibel. Anda bisa memulai iklan berbayar mulai puluhan ribu rupiah per hari dan menyesuaikan iklan kapanpun dan dimanapun sesuai goals bisnis Anda. Selain itu, digital marketing juga menawarkan jangkauan kampanye yang luas, dan hasilnya bisa diukur secara real-time.
Meski begitu, konvensional marketing masih tetap berguna untuk produk lokal yang target pasarnya belum aktif di dunia digital. Makanya, solusi terbaik adalah mengombinasikan kedua strategi marketing agar pemasaran bisa lebih maksimal dan sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda.
Faktor yang Perlu Dipertimbangkan Saat Menentukan Pendekatan Marketing
Sebelum memutuskan ingin fokus ke digital marketing, konvensional marketing, atau kombinasi keduanya, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan. Dengan memahami faktor-faktor ini, bisnis Anda dapat memilih strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran.
1. Tujuan Bisnis
Sebelum menentukan strategi marketing, langkah pertama yang wajib Anda lakukan adalah memahami tujuan bisnis secara jelas. Tanpa arah yang pasti, upaya pemasaran berisiko tidak efektif dan hanya menghabiskan anggaran.
Jadi apa tujuan bisnis Anda?
Apakah Anda ingin meningkatkan penjualan, memperkuat brand awareness, atau menjaga loyalitas pelanggan?
2. Target Audiens
Siapa yang ingin Anda jangkau?
Jenis Audiens seperti apa yang ingin Anda jangkau?
Coba cari tahu dimana pelanggan ideal Anda biasanya menghabiskan waktu. Misalnya, anak muda cenderung lebih banyak di media sosial, sedangkan orang tua masih sering mengandalkan TV atau media cetak. Selain itu, pahami juga bagaimana mereka lebih suka menerima informasi.
3. Model Bisnis
Sesuaikan strategi dengan bisnis model Anda.
- B2B (Business to Business) biasanya efektif dengan strategi digital.
- B2C (Business to Consumer) bisa lebih cocok dengan media sosial, iklan berbayar, atau event offline.
- E-commerce mengandalkan SEO, marketplace, dan paid ads untuk mendorong penjualan online.
- Bisnis lokal mungkin lebih terbantu dengan strategi konvensional seperti baliho, spanduk, atau event komunitas, tapi tetap bisa dipadukan dengan digital berbasis lokasi.
Digital Marketing Berbasis Lokasi
Google My Business (GMB) / Google Business Profile
Misalnya, sebuah klinik gigi di Surabaya mendaftarkan bisnisnya di Google My Business. Saat orang mencari dengan kata kunci “dokter gigi terdekat” atau “teeth whitening Surabaya”, klinik tersebut bisa muncul di hasil pencarian lokal
4. Siklus Pembelian
Produk dengan harga murah dan keputusan cepat biasanya memiliki customer journey yang singkat. Misalnya, iklan Shopee yang menampilkan promo diskon; begitu konsumen melihat iklan, klik, dan diarahkan ke halaman produk, mereka bisa langsung melakukan pembelian tanpa banyak pertimbangan.
Namun, untuk produk dengan nilai tinggi atau proses pertimbangan panjang seperti pada bisnis properti. Konsumen biasanya melalui beberapa touch point sebelum akhirnya melakukan transaksi. Misalnya, pertama mereka melihat iklan digital, lalu mencari review di internet, menghadiri seminar offline, atau melakukan konsultasi langsung dengan sales.
5. Peta Persaingan
Awasi dan evaluasi apa yang dilakukan kompetitor Anda. Kalau mereka semua aktif di media sosial tapi jarang memanfaatkan SEO. Maka ada opportunity mengambil calon pelanggan via SEO. Atau sebaliknya, jika iklan billboard di daerah tertentu jarang digunakan, strategi konvensional bisa menjadi celah untuk menonjolkan bisnis Anda.
6. Anggaran
Budget marketing sangat menentukan. Kalau anggaran terbatas, fokuslah dulu pada channel yang bisa memberikan ROI (Return on Investment) terbaik. Digital marketing biasanya lebih fleksibel karena bisa dimulai dari modal kecil. Namun, jika punya anggaran besar, kombinasi dengan strategi konvensional bisa memperkuat citra brand.
7. Analitik & Kemampuan Mengukur Performa
Pilihlah channel marketing yang hasilnya dapat dipantau. Disini, digital marketing lebih unggul, karena Anda dapat melihat performa secara real-time lewat data dan analitik. Sementara itu, konvensional marketing biasanya lebih sulit diukur, tapi tetap bisa dievaluasi lewat survei atau peningkatan penjualan di area tertentu.
8. Tahap Pertumbuhan Bisnis
Startup yang baru berdiri mungkin lebih cocok menggunakan strategi digital yang murah dan fleksibel. Sedangkan bisnis yang sudah berjalan cukup lama bisa mengombinasikan keduanya untuk memperluas brand awareness sekaligus mempertahankan pelanggan.
Resiko Tidak Menggunakan Digital Marketing
Mengabaikan digital marketing bisa menimbulkan kerugian besar bagi UMKM. Persaingan semakin ketat, dan pelanggan kini lebih banyak mencari informasi serta melakukan pembelian secara online. Jika bisnis hanya mengandalkan cara konvensional, ada beberapa resiko yang perlu diwaspadai:
- Kehilangan Peluang Pasar
Sebagian besar konsumen saat ini mencari produk atau jasa melalui mesin pencari, marketplace, dan media sosial. Tanpa kehadiran digital, bisnis UMKM berisiko kehilangan akses ke pasar yang lebih luas, termasuk generasi muda yang sangat aktif di dunia online. - Sulit Bersaing dengan Kompetitor
Kompetitor yang sudah menggunakan digital marketing dapat lebih unggul dalam hal visibilitas, engagement, dan penjualan. Mereka lebih mudah ditemukan calon pelanggan, sementara bisnis yang hanya mengandalkan promosi offline bisa tertinggal jauh. - Tidak Bisa Mengukur Hasil Marketing
Strategi konvensional biasanya sulit dilacak efektivitasnya. Tanpa digital marketing, UMKM kehilangan kemampuan untuk mengetahui channel mana yang paling efektif, bagaimana performa iklan, serta berapa ROI (Return on Investment) yang didapat. - Keterbatasan Jangkauan dan Interaksi
Konvensional marketing biasanya hanya menjangkau audiens lokal dan bersifat satu arah. Dengan tidak menggunakan digital marketing, bisnis kehilangan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan lewat komentar, chat, atau email, yang bisa meningkatkan loyalitas pelanggan. - Biaya Marketing Jadi Kurang Efisien
Tanpa digital marketing, UMKM mungkin harus mengeluarkan biaya besar untuk iklan cetak, billboard, atau event. Padahal, digital marketing memungkinkan strategi yang lebih hemat, fleksibel, dan dapat disesuaikan dengan anggaran kecil sekalipun.
Highlight!
Menyesuaikan Strategi Marketing dengan Kebutuhan & Tujuan Bisnis
- Brand Awareness: Jika tujuan marketing Anda untuk funnel awal marketing, strategi digital marketing lebih unggul dalam jangkauan luas, sedangkan tradisional bisa memberi kesan awal yang kuat.
- Lead Generation: Apabila goals marketing Anda untuk mendapatkan leads, pilihlah digital marketing. Sebab, strategi ini bisa dilacak dan memberi respon langsung.
- Customer Retention: Sedangkan untuk CRM, kombinasi keduanya sangatlah ideal. Digital untuk engagement rutin, dan tradisional untuk momen spesial.
- Bisnis Lokal: Marketing tradisional efektif untuk jangkauan sekitar, tapi strategi digital berbasis lokasi lebih presisi.
- E-commerce: Digital marketing jauh lebih unggul untuk mendorong transaksi online berkat fitur link langsung dan integrasi belanja.
Kesimpulan
Intinya, dalam perdebatan Konvensional vs Digital Marketing ini tergantung tujuan dan kondisi bisnis Anda. Sebab strategi marketing terbaik adalah ketika Anda memahami kondisi bisnis dan tahu kapan harus mengombinasikan keduanya.
Digital marketing memang unggul dalam hal targeting audiens, hasil metrik yang real-time, dan fleksibilitas strategi. Di sisi lain, konvensional marketing masih punya kelebihan dalam hal pengalaman nyata, dominasi di pasar lokal, dan dapat menjangkau audiens yang belum aktif di dunia digital.
Namun, perlu diingat bahwa tidak bergerak atau tidak mendiversifikasi ke channel digital marketing berisiko besar bagi UMKM. Bisnis bisa kehilangan peluang menjangkau konsumen yang kini mayoritas aktif di dunia online, tertinggal dari kompetitor yang lebih adaptif, dan sulit mengukur efektivitas strategi pemasaran mereka. Tanpa digital marketing, UMKM rentan stagnan dan sulit bertumbuh di era serba digital.
Jika Anda masih bingung ingin mulai dari mana, Digital Sukaria siap menjadi partner dan sebagai solusi bagi UMKM yang ingin mengembangkan bisnis dengan digital marketing.
Kami siap membantu kegiatan marketing Anda mulai dari iklan berbayar, SEO, hingga strategi konten yang sesuai kebutuhan bisnis Anda. Mari hubungi kami dan Konsultasikan kebutuhan digital marketing Anda!
Source:
https://www.simplilearn.com/traditional-marketing-vs-digital-marketing-article
https://www.isellercommerce.com/blog/digital-vs-traditional-marketing-mana-yang-lebih-efektif
https://blog.hubspot.com/marketing/traditional-marketing-vs-digital-marketing
Bagikan artikel ini:
